Kamis, 22 Desember 2011

Cerpen terbaru nie..!!!

Dalam Hujan Ukhuwah

Sekali lagi hujan turun menjatuhkan berjuta tetes nikmat. Sudah kesekian kali hujan turun hari ini membuat semut-semut kecil enggan keluar dari sarangnya. Hujan yang membuat manusia enggan beranjak dari tempatnya, termasuk aku. Saat hujan seperti ini, bagiku indah sekali. Memandangi tiap butir air itu terjatuh memecah udara, melempar embun di kaca, kemudian dapat ku tulisi kaca itu dengan namaku. Aneh mungkin. Tapi biarlah. Hujan kali ini serasa istimewa, meski tak ada yang berbeda dari hujan itu sendiri. Kesannya yang berbeda. Kali ini kulewati lamunan hujanku tak seperti biasanya, duduk di pinggir jendela kamar sambil memeluk bantal. Hari ini kuhabiskan lamunan hujanku di ruang kelas, menunggu dosen yang tak kunjung datang. Tiba-tiba lamunanku terbuyarkan oleh getar handphone di tanganku, yang mengisyaratkan ada sms masuk. Kubaca.

“Assalamu’alaikum wr.wb,,mengharapkan kehadiran teman-teman dalam rapat rutin di selasar maskam pukul 16.00, harap konfirmasi”

“Apa-apaan ini, seenaknya aja nyuruh orang berangkat rapat!”, pikirku. Sehingga tanpa merasa perlu untuk membalasnya (seperti dalam sms itu), langsung kuhapus sms itu dari inbox-ku.

Detik pun berputar menelan waktu yang tak termanfaatkan. Akhirnya sore ini aku harus pulang dengan menantang turunnya hujan. Dengan sedikit berlari, aku menyeberangi jalan dari fakultas menuju parkiran. Lumayan untuk membuat bajuku basah. Baru separo jalan, ada yang memanggilku,

“ Dek Nira, dek Nira !!”

Reflek, aku menegok ke arah sumber suara yang memanggilku. Ku lihat dari kejauhan seseorang berlari kecil menuju ke arahku.

“ Kenapa tadi tidak berangkat dek?”

“ Ehm... tadi masih ada kuliah Mbak, jadi maaf belum bisa berangkat.”

“ Owh gitu, oke nggak papa Dek, tenang saja. Tapi acara besok bisa ikut kan?”

“InsyaAllah Mbak.”

“ Oke, ditunggu ya! ”, kata orang itu sambil menyalamiku erat, dan memberikan senyuman, yang entah kenapa menurutku begitu indah, begitu menentramkan. Setelah ceremonial perpisahan itu berakhir, aku masih terdiam di tempatku. Desir rasa yang aneh tiba-tiba menggelayuti hatiku. “ Padahal aku sudah tidak berangkat rapat, nggak konfirmasi lagi, koq nggak dimarahi ya?” pikirku dalam hati. “ Malah disalami, dikasih senyum lagi !”

Sepanjang perjalanan pulang, otakku dipenuhi pikiran tadi. Bagiku aneh sekali. Selama ini tidak ada yang bisa seikhlas itu menerima dirinya sudah dikecewakan orang lain tapi masih memberikan penghormatan persaudaraan.

Esok harinya, aku berangkat pagi-pagi sekali, karena semalam ada sms undangan rapat (lagi) untuk pagi ini. Teringat kejadian kemarin, aku tidak mau malu untuk kedua kalinya, jadi aku berusaha berangkat dan tidak terlambat. Sambil mencari tahu rekasi dari teman-teman yang lain tentang ketidak berangkatanku kemarin. Sesampainya di tempat rapat ternyata sudah banyak yang berangkat. Kusalami satu per satu, termasuk Mbak Iza, yang kemarin sore menyapaku. Langsung ku amati wajah teman-teman yang ada di forum rapat, tak kutemukan wajah tak nyaman dengan kehadiranku. Justru lebih terlihat mereka sangat senang dengan keberadaanku. Benar-benar aneh.

“ Ada apa Dek? “ tanya mbak Iza membuyarkan lamunanku.

“ Hehehe, nggak papa Mbak. Cuma merasa aneh? “

“ Aneh kenapa? “ tanya mbak Iza keheranan.

“ Ya aneh saja mbak. Harusnya mbak Iza itu marah atau gimana gitu sama saya, lha wong saya kemarin nggak berangkat rapat. Tapi malah mbak iza kasih senyum ke saya dan nggak marah ke saya .....”

“ Owh itu to dek, itulah ukhuwah dek. Ukhuwah yang memakanai hubungan satu orang dengan orang lain tidak sekedar pada ikatan perasaan, tapi lebih pada ikatan aqidah Dek. Ukhuwah itu persaudaraan dan tidak boleh ada yang mengguncang ikatan persaudaran itu kecuali perbedaan keimanan. Jadi ketika kita masih satu iman, selalulah memberikan senyum pada saudaramu, sebagai ungkapan persaudaraan dan cinta atas nama Islam”, jelas mbak Iza.

“Begitu ya Mbak”, kataku dengan wajah terpesona mendengar penjelasan mbak Iza. Selama perjalanan bahkan sampai di rumah hanya satu kata di otakku. Ukhuwah. Indah sekali ukhuwah itu. Andai semua orang mampu merasakannya, pasti tak kan ada perpecahan, peperangan. Semua satu dalam ukhuwah. Saat itu juga aku berjanji menjadi bagian dari ukhuwah indah ini, menjadi bagian dalam persaudaraan dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar: